INDOPOS.CO.ID – Kebijakan Pemerintah China untuk menerapkan lockdown dalam rangka menegakkan aturan nol Covid-19 telah memicu kemarahan publik. Banyak warga melakukan aksi protes di sejumlah kota di China.
Demonstrasi terbaru dipicu oleh kebakaran di blok apartemen bertingkat tinggi di wilayah barat laut Xinjiang pada hari Kamis lalu.
Kebakaran di Kota Urumqi itu menewaskan sedikitnya 10 orang. Banyak warga mempertanyakan kebijakan lockdown ketat China sehingga menghambat penduduk untuk melarikan diri dari kobaran api.
Pejabat membantah tuduhan tersebut. Juru bicara Departemen Pemadam Kebakaran malah menyalahkan warga karena tidak bisa menyelamatkan diri. Hal ini menimbulkan kemarahan lebih lanjut dari warga.
Banyak kota di China telah diberlakukan lockdown ketat selama berbulan-bulan. Sebagian besar dari empat juta penduduk Urumqi, misalnya, tidak dapat meninggalkan rumah mereka sejak Agustus.
Seperti dikutip dari Sky News, di Shanghai pada Sabtu (26/11/2022) malam, polisi menggunakan semprotan merica ke arah sekitar 300 pengunjuk rasa yang berkumpul di Jalan Urumqi Tengah. Para pengunjuk rasa membawa bunga dan lilin serta memegang tanda bertuliskan “Urumqi 24 November” untuk mengenang para korban kebakaran.
Seorang pengunjuk rasa yang hanya menyebutkan nama keluarganya, Zhao, mengatakan bahwa salah satu temannya dipukuli oleh polisi dan dua teman lainnya disemprot merica.
Dia mengatakan polisi menginjak kakinya ketika dia mencoba menghentikan tindakan polisi tersebut untuk membawa temannya pergi. Dia kehilangan sepatunya, dan meninggalkan lokasi unjuk rasa tanpa alas kaki.
“Pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan Xi Jinping mundur, Partai Komunis mundur, Buka Xinjiang, buka China, tidak ingin PCR (tes), ingin kebebasan dan kebebasan pers,” kata Zhao seperti dikutip Sky News, Minggu (27/11/2022).
Dilaporkan bahwa ada sebuah video yang menunjukkan penduduk Beijing di bagian kota yang tidak dapat diidentifikasi berbaris di sekitar tempat parkir terbuka pada hari Sabtu, berteriak “akhiri lockdown.”
Sean Li, penduduk Beijing, mengatakan bahwa lockdown yang direncanakan untuk kompleksnya dibatalkan pada hari Jumat setelah penduduk melihat pekerja memasang penghalang di gerbang kompleks. Warga memprotes pemimpin setempat dan meyakinkannya untuk membatalkan rencana tersebut.
“Api Urumqi membuat semua orang di negara ini kesal. Tragedi itu bisa terjadi pada salah satu dari kita,” ujar Sean Li. (dam)