INDOPOS.CO.ID – Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi menegaskan, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporozhye harus melanjutkan akses ke air untuk mencegah kehancuran reaktor. Pembangkit tenaga atom terbesar di Eropa itu mengandalkan reservoir Kakhovka untuk air guna mendinginkan enam reaktornya.
“Namun, ketinggian air turun 2,8 meter sejak bendungan Kakhovka jebol Selasa pagi. Setelah ketinggian air di bawah 12,7 meter, Zaporizhzhya Nuclear Power Plant (ZNPP) tidak akan lagi dapat memompa air dari waduk,” Grossi memperingatkan seperti dilansir rt.com, Kamis (8/6/2023) .
“Karena tingkat kerusakan bendungan sepenuhnya masih belum diketahui, tidak mungkin untuk memprediksi apa dan kapan hal ini mungkin terjadi,” katanya.
ZNPP sedang membangun cadangan air selagi masih bisa, kata Grossi, mengutip laporan dari para ahli IAEA yang berada di lokasi. Dia bermaksud mengunjungi ZNPP minggu depan dan membawa pengamat tambahan untuk memperkuat kehadiran badan tersebut di fasilitas tersebut.
“Sekarang, lebih dari sebelumnya, kehadiran yang diperkuat IAEA di ZNPP sangat penting untuk membantu mencegah bahaya kecelakaan nuklir dan potensi konsekuensinya bagi masyarakat dan lingkungan pada saat aktivitas militer meningkat di wilayah tersebut,” kata Grossi.
PLTN Zaporozhye adalah pembangkit tenaga atom terbesar di Eropa, dengan enam inti reaktor yang masing-masing mampu menghasilkan gigawatt listrik.
Pasukan Rusia telah menguasainya sejak Maret tahun lalu. Penduduk wilayah itu telah memilih untuk bergabung dengan Rusia pada September 2022, meskipun Ukraina mengklaim wilayah itu diduduki secara ilegal.
Rusia menuduh Ukraina menghancurkan bendungan Kakhovka dan menyebabkan banjir yang meluas di Wilayah Kherson.
Presiden Vladimir Putin menyebutnya sebagai tindakan biadab yang merupakan terorisme. Moskow mengatakan bahwa Kyiv berusaha untuk mengamankan sayap pasukannya sehingga dapat meningkatkan cadangan setelah serangkaian serangan yang gagal di front Zaporozhye.
IAEA mengerahkan misi pengamat di ZNPP pada September 2022. Sebelumnya, stasiun dan sekitarnya telah berulang kali menjadi sasaran artileri Ukraina, yang diakui Kyiv pada satu titik.
Tepat sebelum misi IAEA tiba, pasukan komando Ukraina juga berusaha merebut fasilitas tersebut tetapi berhasil dipukul mundur. Rusia telah memberikan bukti serangan Ukraina ke PBB.
Sebagian karena aktivitas artileri Ukraina, lima dari enam reaktor di ZNPP telah ditutup, dengan satu terus beroperasi pada tingkat rendah untuk mempertahankan daya ke fasilitas tersebut. Reaktor-reaktor itu membutuhkan pendinginan lanjutan untuk mencegah kebocoran bahan bakar dan kemungkinan pelepasan radioaktif. (dam)