Cendikiawan Betawi Minta RUU DKJ Perhatikan Kecerdasan Budaya

kaca

Cendikiawan Betawi N. Syamsudin Ch Haesy, dalam Diskusi Akhir Tahun dengan topik "Kaledioskop Betawi 2023" Pelembagaan Adat dan Kebudayaan Betawi untuk Lepas Landas, yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Betawi dan Keluarga Mahasiswa Betawi, secara virtual, Kamis (28/12/2023). Foto: Nasuha/INDOPOSCO

INDOPOS.CO.ID – Cendikiawan Betawi N. Syamsudin Ch Haesy mengatakan, ada dua hal penting dalam pokok pikiran draft Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ). Hal mendasar tersebut di antaranya mengenali kaum Betawi.

Sebab, menurutnya, selama ini masyarakat Betawi terpinggirkan dari pusat pemerintahan. Bahkan sampai terjadi pergantian pimpinan pemerintahan hingga saat ini.

“Tidak ada (pemerintah) yang mengenali kaum Betawi secara fokus dan jernih. Akibatnya, tidak memahami kaum Betawi,” kata Syamsudin, dalam Diskusi Akhir Tahun dengan topik “Kaledioskop Betawi 2023” Pelembagaan Adat dan Kebudayaan Betawi untuk Lepas Landas, yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Betawi dan Keluarga Mahasiswa Betawi, secara virtual, Kamis (28/12/2023).

Sementara, lanjut dia, secara historis kaum Betawi memberikan kontribusi besar kepada bangsa ini. Serta pada nilai-nilai yang berkembang pada negara. Mulai dari ideologi inti hingga pergerakan perjuangan kemerdekaan itu sendiri.

“Merujuk 1950 saat RIS (Republik Indonesia Serikat), Muhammad Natsir itu dialognya dengan tokoh Betawi, yakni Kiai Nur Ali. Dari dialog itu Muhammad Natsir menyampaikan ke parlemen untuk mengembalikan ke NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dari RIS,” ungkap Syamsudin.

Ia menyebut ada empat hal yang harus dilakukan saat melakukan perubahan. Yakni merumuskan hal yang berkaitan pendidikan, kebudayaan, ekonomi, dan kualitas manusia.

“Lembaga adat Betawi itu menjadi sangat penting dalam batang tubuh UU DKJ. Hal ini untuk mengenali kekhususan Jakarta itu apa,” kata Syamsudin.

“Dalam RUU hanya lebih fokus pada ekonomi saja,” sambungnya.

Syamsudin mengatakan, penting sekali adanya reorientasi budaya Betawi. Sebab, kehidupan bergerak ke masa depan. Sehingga semua hal terkait dimensi budaya Betawi harus diangkat. Sebab selama ini masyarakat Betawi dininabobokan kearifan budaya Betawi.

“Betawi itu memiliki kecerdasan budaya. Apa itu? Orientasi berpikir bergerak ke depan,” terangnya.

“Apa buktinya, para pendahulu kita telah memikirkan untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan dan sekarang menjadi lembaga pendidikan umum,” tambahnya. (nas)

Exit mobile version