Kementan Serukan Petani Milenial Dukung Pencegahan dan Pengendalian PMK

mentan

Kepala Sekolah SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni membuka webinar yang menghadirkan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi selaku keynote speaker webinar. Foto : BPPSDMP

INDOPOS.CO.ID – Adanya wabah Penyakit Mulut Kuku (PMK) pada hewan ternak tidak menyurutkan komitmen dan langkah Kementerian Pertanian RI, untuk mendukung kesiapan pemenuhan kebutuhan hewan ternak bagi daging konsumsi maupun hewan kurban menyambut Hari Raya Idul Adha 1443 H pada 10 Juli mendatang.

Berbagai langkah dan upaya dilakukan untuk mengatasi wabah PMK, dari tindakan preventif hingga penerapan Tiga Strategi meliputi Intelektual sebagai langkah percepatan, Manajemen untuk langkah penguatan dan Perilaku sebagai langkah bersama memberantas PMK pada hewan ternak sapi, kerbau, kambing dan babi.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menjalankan tiga skema dengan upaya darurat melalui mapping berupa pemetaan wilayah terkonfirmasi PMK, ditandai warna Merah. Kuning, untuk wilayah suspek PMK dan Hijau bagi wilayah bebas PMK. Didukung keluarnya Keputusan Menteri Pertanian RI atau Kepmentan terkait antisipasi penyebaran PMK.

“Jika tidak ditangani dengan baik, PMK akan berdampak pada perekonomian, utamanya penurunan produktivitas dan harga daging anjlok. PMK juga akan berdampak pada perdagangan internasional, baik ternak hidup maupun produk ternak karena larangan ekspor,” katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menyoroti PMK sebagai tantangan yang harus dihadapi selain krisis pangan. Kondisi Indonesia saat ini tidak biasa-biasa saja, terutama masalah pangan, karena kondisi Indonesia dipengaruhi pangan global, yang tengah mengalami turbulensi akibat pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.

“Ditambah wabah PMK yang disebarkan virus lewat udara, yang sangat mengganggu peternak kita menjelang Idul Adha pada 10 Juli mendatang. Wabah PMK mengakibatkan sistem produksi, distribusi dan produktivitas mengalami gangguan luar biasa,” katanya pada webinar Millennial Agriculture Forum [MAF] Vol. III Edisi ke-22, yang diinisiasi SMKPPN Sembawa via zoom meeting pada Sabtu [04/6].

Dedi Nursyamsi mengajak peserta Webinar bertajuk ‘Strategi Pengendalian dan Pencegahan PMK’ yang diikuti hampir 800 partisipan dari seluruh Indonesia untuk bersama-sama memperhatikan pengendalian PMK.

“Lakukan isolasi mandiri, bagi hewan yang terpapar. Kementan telah mendistribusikan obat untuk wilayah PMK. Obat-obatan yang dikeluarkan verteriner Farma di Surabaya terbukti berhasil mengatasi PMK,” katanya.

Selain itu, katanya lagi, imunitas hewan ternak harus ditingkatkan, bisa menggunakan herbal seperti kunyit. Pastikan pula karantina secara disiplin melalui pengetatan lalu lintas hewan ternak.

“Jangan ada pergerakan hewan dari tempat yang terpapar, terlebih menjelang Idul Adha, hiruk-pikuk lalu lintas hewan kurban yang tinggi harus diawasi, selain itu vaksinasi bagi hewan ternak yang sudah terpapar atau pun tidak terpapar,” tegas Dedi.

*Lalu Lintas Ternak*

Hadir Pejabat Otoritas Veteriner [POV] PMK, Silvestra Sri Wigatiningsih selaku narasumber yang menyampaikan langkah pencegahan dan antisipasi pada kasus PMK.

Silvestra menambahkan lalu lintas ternak tingkat kecamatan, maka rekomendasi ternaknya dikeluarkan oleh dinas yang membidangi Kesehatan Hewan di tingkat kabupaten/kota.

“Lalu lintas ternak tingkat kabupaten dan kota, maka rekomendasinya dikeluarkan oleh dinas terkait di tingkat provinsi,” kata Silvestra SW yang juga Kepala Rumah Sakit Hewan Sumatera Selatan.

Menurutnya, berdasarkan Analisis Risiko dari dokter hewan berwenang dari kabupaten/kota yang dituju, harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan [SKKH/SKDH] dari dokter hewan daerah asal setelah dilakukan karantina/observasi selama 14 hari di daerah asal dan tidak menunjukkan gejala PMK.

“Bagi Pasar Hewan yang masih beroperasi agar menempatkan dokter hewan berwenang untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan ternak,” kata Silvestra WG.

Dia mengingatkan, hewan ternak yang dijual di Pasar Hewan harus dilengkapi dengan SKKH dari dokter hewan berwenang daerah asal ternak, apabila tidak dilengkapi SKKH, maka petugas berhak untuk menolak (tahap awal sosialisasi akan diberikan dispensasi).

“Desinfeksi di Pasar Hewan dilakukan pada setiap ternak, kendaraan, dan sarana prasarana lainnya yang berisiko membawa agen penyakit,” kata Silvestra.

Menurutnya, persyaratan lalu lintas ternak daerah adalah SKKH, kandang holding ground teregistrasi, biosecurity, dokter hewan, kendaraan pengangkut [desinfeksi]. Sedangkan untuk daerah lalu lintas harus memperhatikan Check Point [dokter hewan, stempel legalitas perjalan lintas daerah] dan untuk daerah tujuan harus memperhatikan kandang holding ground dan kendaraan pengangkut.

“Hotline PMK untuk Provinsi Sumatera Selatan adalah 0813-5930-6226,” katanya lagi.

Pengendalian PMK

Medik Verteriner Madya BPTU-HPT Sembawa, Suhesti Hartati mengatakan bahwa Prinsip Dasar Pengendalian PMK antara lain mencegah kontak antara hewan peka dan virus PMK, menghentikan produksi virus PMK oleh hewan tertular dan meningkatkan resistensi/kekebalan hewan peka.

“Implementasinya antara lain menghentikan penyebaran infeksi melalui Tindakan Karantina dan Pengawasan Lalu Lintas, menghentikan sumber infeksi dengan pemusnahan hewan tertular dan yang terpapar atau stamping out,” kata Suhesti.

Implementasi berikutnya, menghentikan produksi virus dengan dekontaminasi kandang, peralatan, kendaraan, dan lainnya, atau disposal bahan terkontaminasi. Membentuk kekebalan pada hewan peka dengan vaksinasi dan mencegah kontak hewan peka dengan sumber penyakit.

Lebih lanjut Suhesti menjabarkan proses Disinfektan Menghentikan Produksi Virus PMK dengan Cara Dekontaminasi: pencucian dan desinfeksi peralatan serta Disposal: penguburan material tercemar. Disinfektan dimaksud yang peka terhadap sodium hydroxide [2%], sodium carbonate [4%], citric acid [0,2%], acetic acid [2%], sodium hypochloride [3%], potassium peroxymonosulphate/sodium chloride [1%] dan chlorine dioxide.

“Sedangkan yang resistensi terhadap desinfektan antara lain iodophore, quartenery ammonium compounds, dan phenol,” kata Hesti tentang Kiat dan Tips Beternak Tercegah dari PMK.

Narasumber ketiga adalah Yanto Adi Wiyansyah, penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Kabupaten Banyuasin yang konsen terhadap dunia peternakan yang menekankan pentingnya Standar Operasional Prosedur [SOP] Pembersihan Kandang Mencegah PMK.

Sementara Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusdiktan] Idha Widi Arsanti mengajak generasi muda khususnya petani milenial untuk bersama-sama mengatasi wabah PMK.

“Strategi pencegahan dan pengendalian PMK harus terus dilakukan, harus bersama-sama peduli dari semua pihak dari berbagai kalangan,” kata Kapusdik Idha WA.

Menurutnya, daging dari sapi atau kambing adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi masyarakat. PMK menjadi tantangan bagi peternak maka hal yang dapat dilakukan antara lain lalu lintas hewan ternak harus secara ketat dan vaksinasi.

Kapusdik Idha WA mengingatkan bahwa PMK menyebar cepat, dengan sejarah PMK melalui lalu lintas dari luar negeri. Wabah PMK tentunya menyebabkan kerugian ekonomi, sementara Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor daging ke Timur Tengah.

“Dalam dua pekan ini, telah dilakukan rapat kerja dengan DPR dan Kementan untuk menemukan jenis virus yang akan dibuatkan vaksinnya, impor vaksin PMK, pemberian obat-obatan dan vitamin bagi hewan yang terpapar maupun belum, serta membentuk gugus tugas provinsi dan kabupaten untuk pengendalian PMK.” katanya lagi. (ibs)

Exit mobile version