LKP Tak Salah, Dirjen Diksi: Program RPL PTN Bukan Cuci Ijazah

LKP Tak Salah, Dirjen Diksi: Program RPL PTN Bukan Cuci Ijazah - dirjen diksi - www.indopos.co.id

Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek Kiki Yuliati dalam acara daring. (Nasuha/ INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Rekognisi pembelajaran lampau (RPL) tidak mengurangi kualitas. Dan program RPL bukan merupakan upaya pencucian ijazah. Pernyataan tersebut diungkapkan Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset, Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati dalam acara daring, Rabu (21/9/2022) malam.

Ia mengatakan, dengan RPL yang dilakukan perguruan tinggi negeri (PTN) ini merupakan upaya untuk merangkai kompetensi dan ketrampilan yang dihasilkan oleh lembaga kursus pelatihan (LKP).

“Hasil LKP berupa keterampilan itu dirangkai sehingga memiliki fungsi. Meskipun di LKP sendiri tidak ada yang salah,” katanya.

Lebih jauh dia mengungkapkan, program pendidikan vokasi memberikan tiga nilai penting. Yakni nilai pendidikan, bahwasanya pendidikan vokasi tidak hanya memberikan nilai ketrampilan, namun juga memberikan nilai pendidikan.

“Kesannya kursus ketrampilan, tapi di dalamnya ada nilai pendidikan,” terangnya.

Lalu, dalam pendidikan vokasi, dikatakan dia, ada nilai ekonomi. Bahwasanya, pendidikan vokasi memberikan kesempatan bekerja, berwirausaha dan melanjutkan studi pendidikan.

“Jadi pendidikan vokasi harus memberikan nilai ekonomi,” katanya.

Nilai selanjutnya, masih ujar Kiki, nilai pendidikan vokasi lainnya adalah nilai sosial. Bahwa, pendidikan vokasi harus mampu mencetak lulusan yang mandiri. Mampu menjaga dirinya sendiri, sekaligus mengabdikan dirinya.

“Pengabdian ini bukan saja untuk dirinya. Bisa saja kepada keluarga atau kepada masyarakat,” ungkapnya.

Ia menambahkan, bahwa pendidikan vokasi tidak boleh mati, tetapi harus futuristik. Karena, berbicara terkait industri, menurut dia, selalu membutuhkan tenaga kerja sesuai kebutuhannya.

“Kebutuhan industri seperti apa? Ya kebutuhan hari ini, sementara pendidikan vokasi baru menghasilkan sesuai jenjangnya,” ujarnya.

“Untuk itu, pendidikan vokasi harus melihat sekian langkah ke depan dengan merancang kurikulum, pembelajaran dan sebagainya. Sehingga lulusan sesuai kebutuhan pasar kerja,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version