Pahami 4 Masalah Gizi Berisiko Anak Jadi Stunting

Anak-Balita

Balita tengah digendong oleh seorang perempuan. (Dok Kemenkes)

INDOPOS.CO.ID – Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan, yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia. Meski angka prevalensi stunting (gagal tumbuh) karena kekurangan gizi kronis di Indonesia pada 2022 menurun.

Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi empat masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah empat masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi.

“Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (28/1/2023).

Sejumlah kasus menghambat tumbuh kembang anak jika gagal teratasi, maka akan sulit menurunkan angka stunting pada anak. “Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,” ucap dr. Maria.

Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu, sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.

Pada periode setelah lahir, yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Menurut Endang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

“Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,” ujar Endang.

Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira mengemukakan, Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 menunjukkan terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 persen dibandingkan dengan 2021.

“Angka stunting tahun 2022 turun dari 24,4 persen (tahun 2021) menjadi 21,6 persen. Jadi turun sebesar 2,8 persen,” imbuh Syarifah.(dan)

Exit mobile version