INDOPOS.CO.ID – Di era teknologi saat ini tak sedikit anak-anak menjadi korban pornoaksi berbasis digital. Bermula dari bullying berbuntut pemerasan dengan menggunakan foto atau video tak senonoh di jagat maya. Hal ini telah memicu banyak korban, terutama pada remaja dan anak-anak.
“Hati-hati pada orang yang baru dikenal, apalagi percakapan berujung minta foto atau video pribadi,” kata Mahir Institute Partner Ardiansyah dalam webinar secara daring, Selasa (7/5/2024).
Dikatakan dia, tak sedikit remaja kerap kepo kalau ada foto cewek cantik dengan baju tak seronok. Atau, mudah tergoda ketika ada cowok ganteng ngajak kenalan.
Lebih jauh ia mengungkapkan, pada prinsip pengguna media sosial (Medsos) untuk tidak mudah memberikan data pribadi. Sebab, hal itu akan dijadikan bahan mentah bagi orang tak bertanggung jawab, untuk membuat pornoaksi yang dijadikan alat pemerasan.
“Karena itu, tolak, kalau perlu blokir, jika orang itu tak dikenal. Waspada, sering juga video call di-screen shoot, kemudian mereka olah secara digital yang ujungnya memeras secara seksual,” ungkapnya.
“Jadi? Stop dengan jarimu, jangan malah sharing ke media sosial. Kalian sendiri yang bisa menghentikan kejahatan seksual di jagat digital,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi SMK Dinas Pendidikan Wilayah IV Sumatera Barat Iyus menuturkan, banyak siswa dan remaja mudah dibuat penasaran dengan beragam konten dan link di platform digital.
Mulanya, menurut dia, dengan adegan lucu-lucuan yang bikin orang tertarik. Tapi lama-lama video lucu itu berbentuk pornoaksi yang belum pantas ditonton anak sekolah.
“Tak sedikit juga warganet yang jadi korban jebakan. Diminta foto atau video, disuruh melepas jilbab, kemudian berujung pemerasan hingga menguras saldo tabungan,” ungkapnya.
“Ini dampak serius interaksi di ruang digital yang mesti jadi tanggung jawab guru dan orang tua. Mereka mesti berkolaborasi untuk mencegahnya,” imbuhnya. (nas)