Pentingnya Peranan Perempuan dalam Mengangkat Isu Lingkungan Hidup

Eurekawomen

INDOPOS.CO.ID – Pentingnya peranan perempuan dalam lingkungan hidup tak terelakkan. Perempuan menanggung beban terbesar dari krisis pemanasan global. Menurut PBB, perempuan membentuk 80% orang yang terlantar karena perubahan iklim. Peran perempuan sebagai pengasuh utama dan penyedia makanan, membuat mereka lebih rentan terhadap perubahan iklim.

Menyadari hal tersebut, Eurekawomen sebuah pusat komunitas pemberdayaan perempuan yang memiliki misi agar perempuan bisa mandiri berdaya serta saling menginspirasi satu sama lainnya, mengadakan acara Nonton Bareng pada Jumat, 18 Agustus dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 serta merayakan Hari Orang Utan Sedunia.

“Eurekawomen sangat senang bisa mengadakan acara ini karena kami ingin lebih banyak perempuan terlibat secara aktif dalam mengangkat isu-isu lingkungan hidup maupun dalam penentuan kebijakannya. Perempuan memiliki peran yang sangat krusial dalam keluarganya untuk mengedukasi keluarga dan lingkungan terdekatnya mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup,” ucap Myrna Soeryo selaku Founder dan Direktur Utama dari Eurekawomen.

Menurut hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah penduduk perempuan Indonesia sebanyak 133,54 juta orang atau 49,42 persen dari total penduduk Indonesia. Dengan jumlah yang besar, tentunya perempuan bisa menjadi agen perubahan untuk sekitarnya, termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam maupun lingkungan hidup.

Kristofer Alexander selaku pendidik dan pemerhati isu perempuan dan anak, yang juga menjadi salah satu narasumber pada saat diskusi panel mengatakan,”Masih melekatnya kultur patriarki dalam masyarakat Indonesia, membuat peran perempuan sedikit banyak menjadi terpinggirkan, termasuk dalam terlibat secara proaktif pada isu-isu lingkungan hidup. Perempuan sebagai pengelola rumah tangga, pada kenyataannya memang lebih identik dengan pekerjaan domestik rumah tangga padahal peran perempuan sangatlah dekat dengan banyak masalah pencemaran lingkungan seperti sampah rumah tangga”.

Suara-suara perempuan sangat penting dalam isu-isu lingkungan hidup, namun sepertinya keterlibatan perempuan dalam isu lingkungan hidup banyak hanya seputar peranan domestik, edukasi tapi kurang dalam advokasi.

Aisah Syabaniati, seorang Direktur usaha eco-living sekaligus finalis Eurekawomen Self-Positivity menambahkan, “Sudah seharusnya perempuan menjadi subyek dalam isu dan kebijakan lingkungan hidup. Bukan sekedar menjadi obyek penderita yang hanya berkeluh kesah tanpa menawarkan solusi. Perempuan harus didorong untuk berani bersuara mengangkat isu-isu lingkungan hidup”.

Film the Last Breath yang diputar untuk Nonton Bareng merupakan sebuah film dokumenter yang diproduseri oleh LSM Satya Bumi, WALHI Sumut dan Green Justice Indonesia.

“Dengan menonton film ini, kami yakin makin banyak perempuan memahami pentingnya peranannya dalam menjaga keanekaragaman hayati termasuk peran untuk mengedukasi dan melakukan advokasi, tidak hanya berkutat pada urusan domestik semata,” tutup Myrna Soeryo. (ibs)

Exit mobile version