Tingkatkan Layanan, Tenaga Kesehatan Harus Kuasai Literasi Digital

digital

Konsil kesehatan ikuti program literasi digital. Foto: Kominfo untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Di era digital saat ini telah mengubah lanskap semua sektor, di antaranya layanan kesehatan. Saat ini tenaga kesehatan dituntut meningkatkan literasi digital.

Mereka harus mengikuti perkembangan teknologi yang pesat dan menyediakan layanan kesehatan yang lebih efisien. Literasi digital bukan lagi opsional, melainkan kunci sukses dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

“Sebagai tenaga kesehatan kita memiliki tanggung jawab besar terhadap kesejahteraan dan keselamatan pasien seperti kemampuan untuk memahami, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi kesehatan digital dengan bijak adalah kunci dalam memberikan perawatan berkualitas dan aman,” ucap Ketua Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia Amiruddin Supartono dalam keterangan, Kamis (26/10/2023).

Ia juga menekankan bahwa dengan semua manfaat literasi digital juga datang dengan berbagai tantangan di antaranya risiko keamanan dan penyalahgunaan informasi.“Penting untuk terus meningkatkan literasi digital bagi tenaga kesehatan berkolaborasi dengan tim dan menjalani pelatihan berkala untuk tetap relevan dalam dunia kesehatan yang berubah dengan sangat cepat.” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Widyaiswara Ahli Madya Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto Kemenkes RI, Maman mengatakan, tentang digital skill guna memahami kecakapan digital. “Pemahaman keterampilan digital, tidak hanya sekedar memahami, tidak sekedar terampil secara hard skill,” katanya.

“Tetapi bagaimana kemampuan kita memahami, menyeleksi, memverifikasi, menganalisis, dan berpartisipasi di media digital atau penggunaaan teknologi digital secara efektif dan efisien,” imbuhnya.

Sementara itu, Pimpinan HM Center Indigitama Muhammad Haris Maknun mengatakan tentang digital safety. Selain terampil digital, pengguna harus paham supaya aman dan berakhir selamat. Dalam era transformasi digital, ada manfaat dan risiko yang mengganggu.

“Contohnya ketika terbiasa foto selfie, share di medsos, menjadi ancaman bagi pengguna bahkan karir. Foto yang disimpan silahkan, namun ketika handphone itu dijual, meski data sudah terhapus, masih bisa diambil oleh software,” katanya. (nas)

Exit mobile version