Jadikan Keluarga dan Sekolah Rujukan Diskusi Mencerna Informasi

media-sosial-3

Ilustrasi media sosial Foto: dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Dinamika informasi di era digital, kalau tak disikapi dengan tepat, dipastikan bakal menjadi ancaman serius bagi tumbuh kembangnya generasi muda. Kendati pendiri bangsa sudah meletakkan dasar ideologi yang kuat Pancasila. Namun penerapannya di era digital terus menghadapi banyak ujian dan sandungan.

Pegiat literasi digital Rio Alief Radhanta menyebut, ancaman hoaks tidak main-main. Karena menggelontor tanpa batas di media sosial (Medsos) yang diakses generasi muda dengan beragam usia. Mengutip catatan Kominfo.go.id, dari Agustus 2018 hingga Mei 2023, ada 11.642 kasus hoaks yang tersebar di banyak kategori di antaranya agama, politik, ideologi, dan beragam isu lainnya.

”Ini harus disikapi secara kritis. Pemuda perlu selalu melacak kebenaran. Kemudian, jadikan lingkungan keluarga dan sekolah sebagai rujukan diskusi sebelum mencerna informasi,” ujar Rio Alief Radhanta dalam webinar literasi digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) secara daring, Rabu (28/2/2024).

Dia mengatakan, pemuda memang mesti memahami nilai-nilai Pancasila dalam berinteraksi. Tidak terkecuali di ruang digital. ”Pemuda juga mesti menjaga moral Pancasila dari semua ancaman yang datang, khususnya yang masuk lewat beragam konten media sosial,” jelasnya .

Pada kesempatan yang sama, Dewan Pembina Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sumatera Barat Yonisman mengatakan, wawasan kebangsaan di kalangan pemuda memang mengalami ancaman serius. Hal itu terjadi seiring dengan gempuran beragam konten yang masuk ke berbagai akun media sosial.

“Tidak sedikit konten yang membawa ideologi lain. Kalau tidak disikapi dengan hati-hati, bisa merusak perilaku pemuda dalam bermasyarakat dan bernegara,” katanya.

“Dengan memahami Pancasila dan menguasai karakter yang kini dihadirkan dalam banyak konten bercitarasa Pancasila, pemuda akan mudah mengakses ideologi sesuai zaman,” imbuhnya.

Hal yang sama diungkapkan Pegiat literasi digital Marcharaka Bimo. Dia menegaskan, menyajikan konten, game atau sumber rujukan wawasan berkarakter Pancasila tidak hanya menjadi tanggung jawab guru dan dosen di depan kelas. Namun pekerjaan rumah semua pelaku di ruang digital.

”Membumikan nilai-nilai Pancasila adalah pekerjaan rumah lintas anak bangsa. Seorang musisi atau pemain film, misalnya, seharusnya hanya memproduksi konten dengan cita rasa Pancasila dalam setiap produksinya,” ucapnya. (nas)

Exit mobile version