INDOPOS.CO.ID – Karakter merupakan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues). Karakter juga diyakini akan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Untuk itu optimalisasi pendidikan karakter generasi Z perlu dilakukan mengingat mereka tumbuh di zaman serba digital nan canggih. “Generasi Z tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi, bahkan sejak dalam kandungan ibunya,” ujar Widyaiswara Ahli Madya Dinas Pendidikan Provinsi Riau Marwan dalam webinar secara daring, Senin (29/4/2024).
Ia mengatakan, internalisasi kebajikan bagi generasi Z itu mencakup sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
”Misalnya, pendidikan nilai, pendidikan moral dan budi pekerti, serta pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati,” jelasnya .
Ia menegaskan, sesungguhnya tujuan pendidikan karakter itu untuk mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan niai-nilai Pancasila. ”Pendidikan karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa meraih prestasi untuk menjunjung tinggi budi pekerti,” tegasnya.
Marwan menambahkan, fungsi pendidikan karakter mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Selain itu, juga memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, memperkuat perilaku yang sudah baik.
”Juga, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia, sekaligus menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Anggota relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Iwan Saputra mengatakan, Indonesia merupakan negara yang penduduknya paling betah berlama-lama menggunakan internet. Screen time orang Indonesia 5,7 jam per hari, atau tertinggi di dunia.
”Survei Kemenkominfo menyebut, mayoritas generasi Z (35 persen) mengakses internet lebih dari 6 jam, sementara generasi Y (26 persen), generasi X dan Baby Boomers hanya 19 persen,” rinci Gede Iwan Saputra.
Sementara musisi Rio Alief Radhanta, generasi Z juga disebut dengan istilah mobile generation, dan generasi milenial sebagai internet generation, sedangkan generasi X disebut sebagai digital immigrant. ”Sebanyak 93,9 persen generasi Z koneksi ke internet 7 jam per hari, milenial 88,4 persen (4-6 jam per hari), dan generasi X (1-3 jam per hari),” ujarnya.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebut pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia. Sementara tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen.
Dibandingkan periode sebelumnya, ada peningkatan 1,4 persen. Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023. (nas)