INDOPOS.CO.ID – Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) harus hadir dalam hal-hal fundamental terkait bidang ilmu tanah yang sedang menjadi isu nasional dan global. Hal tersebut disampaikan oleh Tokoh HITI Joyo Winoto, PhD, dalam acara pelantikan Pengurus Pusat HITI periode 2023-2027 pada akhir pekan lalu di Bogor, Jawa Barat.
Menurut Joyo Winoto, ilmu tanah dapat berkontribusi lebih kuat pada isu perubahan iklim dan keberlanjutan. Selama ini isu perubahan iklim lebih banyak berkutat pada carbon trade, tetapi absen pada substansi karbon dan gas pemicu pemanasan global lain yang berpijak pada tanah.
Hal tersebut karena minimnya ahli ilmu tanah yang terlibat pada pembahasan perubahan iklim di level nasional. Dampaknya banyak yang belum menyadari penyangga kehidupan saat terjadi perubahan iklim adalah tanah.
Padahal, penyerapan karbon dan gas rumah kaca lain terjadi di tanah melalui sebuah siklus sehingga senyawa-senyawa tersebut bertahan di dalam tanah sehingga tidak langsung terlepas ke atmosfer.
Joyo Winoto juga mencatat bahwa ilmuwan ilmu tanah juga idealnya memperluas cakupan kajian terkait degradasi lahan. Selama ini ilmuwan ilmu tanah lebih banyak membahas erosi sebagai penyebab degradasi.
Padahal saat ini cakupan degradasi lahan dapat meliputi perampasan lahan (land grabbing) maupun pembukaan lahan dalam skala besar tanpa mempertimbangkan keberlanjutan.
“Pemikiran HITI harus masuk kepada para pengambil kebijakan,” kata mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) itu.
Bahkan Joyo Winoto menyebut biodiversity dalam tanah harus dijaga karena merupakan penopang peradaban manusia.
“Jika semua cacing tanah mati, dapat dipastikan kehidupan manusia berhenti karena boleh jadi terjadi polusi besar-besaran,” kata Joyo Winoto.
HITI, menurut dia, dapat mewujudkan harapan tersebut melalui interaksi dengan berbagai lembaga pemerintah strategis seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan maupun lembaga non pemerintah seperti NGO, Perusahaan, Kerja sama Internasional.
Dewan Pakar HITI Prof Dr Dedi Nursyamsi MAgr mengakui catatan Joyo Winoto sangat penting untuk keberlanjutan pertanian di Indonesia khususnya maupun kehidupan umat manusia pada umumnya.
“Seringkali di forum internasional dan nasional hanya membahas hilir, tetapi kosong substansi di hulu,” kata Dedi.
Himpunan profesi seperti HITI menjadi penting untuk memberikan rekomendasi terhadap suatu kebijakan sebagai referensi program-program strategis pemerintah.
Dedi memberi contoh program Food Estate membutuhkan masukan dari HITI karena pengelolaan lahan tergantung pada para pemikir di HITI.
“Arahan dan rekomendasi dari HITI ditunggu banyak pihak. Respon HITI dapat lebih luas terutama untuk lingkungan,” kata Dedi.
Tanpa HITI, isu karbon trading yang sangat kencang hanya akan berada di awang-awang.
“Jangan sampai hanya pembagian fee yang didiskusikan di forum nasional dan internasional,” kata Dedi.
Ketua Umum HITI Husnain SP MP MSc PhD menyambut baik harapan para senior terhadap HITI yang baru dipimpinnya. HITI akan melibatkan para ahli di perguruan tinggi dan lembaga riset yang lebih objektif memberi masukan pada kebijakan pemerintah.
“Prinsipnya kebijakan publik harus berbasis pada pemahaman ilmu tanah dan agraria,” kata Husnain usai melantik Pengurus HITI Periode 2023-2027.
Husnain juga mengajak semua pengurus berkontribusi aktif memperbaiki HITI dari waktu ke waktu. Pemikiran warga HITI dapat disampaikan baik melalui focus grup discussion, naskah akademis, maupun publikasi di media populer agar didengar pengambil kebijakan. (srv)