Pertanian Cerdas, BRIN: Solusi Atasi Keterbatasan Lahan

Pertanian Cerdas, BRIN: Solusi Atasi Keterbatasan Lahan - petani sawah padi - www.indopos.co.id

Ilustrasi pertanian. Foto: Dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Smart farming diperlukan karena lahan pertanian terbatas dan kebutuhan produk pertanian semakin meningkat dengan kualitas yang tinggi.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Perekayasa Ahli Pertama, Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Haryo Prastono dalam keterangan tertulis, Minggu (3/3/2024).

Ia menjelaskan, Smart farming yang disebut juga dengan pertanian cerdas merupakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi seperti sensor, Internet of Things (IoT), big data analytics, robotika, dan kecerdasan buatan (AI) dalam proses pertanian. Proses ini mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan.

“Smart Farming adalah konsep pertanian berbasis pada precision agriculture yang memanfaatkan otomatisasi teknologi, didukung oleh manajemen big data, kecerdasan buatan, dan IoT, demi meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi, dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya lahan, teknologi budidaya, SDM,dan sumberdaya produksi yang lain,” jelas Haryo.

“Sistem ini bisa menjadi solusi semakin menurunnya ketersediaan lahan produktif yang tidak berbanding lurus dengan kebutuhan produk pertanian yang terus bertambah,” tambahnya.

Sementara itu Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Netti Tinaprilla mengatakan, pesatnya penduduk akan berdampak pada demand pangan, sulitnya regenerasi petani, dan keterbatasan lahan. Sehingga mengharuskan penggunaan teknologi yang semakin tinggi.

Menurut dia, teknologi smart farming saat ini tengah digaungkan oleh pemerintah karena mengarah ke pertanian 4.0 yang disinyalir dapat meningkatkan produktivitas juga kualitas.

“Penerapan smart farming dapat memberikan efisiensi biaya, waktu proses produksi,” kata Netti.

Selain itu, lanjut dia, beberapa riset juga menyimpulkan smart farming itu bisa meningkatan pendapatan serta peningkatan produksi dapat meningkat 20 persen, menurunkan penggunaan air sebesar 30 persen, mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia sebanyak 50 persen, mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sebanyak 10 persen. (nas)

Exit mobile version