KPAI: 25 Persen Orang Tua Peserta Didik Usulkan Hentikan PTM

ptm

Ilustrasi - Suasana PTM terbatas di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Serang. Ist

INDOPOS.CO.ID – Hasil survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indoensai (KPAI) menyebutkan, sebanyak 25 persen orang tua menginginkan penghentian pembelajaran tatap muka (PTM), menyusul mengganasnya penyebaran Covid 29 varian Omicron belakangan ini.

Komisinoner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menjelaskan, berdasarkan survey singkat terkait persepsi orang tua tentang PTM di tengah melonjaknya kasus Omicron di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten menyebabkan, sebanyak 25 persen orang tua menginginkan PTM dihentikan.

“Survei singkat ini mengunakan aplikasi google drive dan diikuti oleh 1.209 partisipan. Survei berlangsung pada 4 – 6 Februari 2022 dan hanya meliputi ketiga wilayah. Yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Hal ini searah dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang mendorong evaluasi PTM di ketiga wilayah tersebut,” terang Retno kepada indopos.co.id, Selasa (8/2/2022)

Dijelaskan, dari 1. 209 partisipan survey didominasi DKI Jakarta (74%), menyusul kemudian Jawa Barat (20%), Banten (4%) dan wilayah selain ketiga daerah tersebut.

”Ada juga yang berpartisipasi, namun jumlahnya hanya 2%. Adapun pekerjaan responden adalah Guru/Dosen (8%) dan selain guru/dosen (92%). Adapun jenjang pendidikan anak-anak responden yang terbanyak adalah jenjang SMA/SMK/MA/SLB mencapai 71%; kemudian SMP/MTs/SLB (15%) dan SD/MI/SLB (14%),” tuturnya.

Menurutnya, survei singkat itu dilakukan untuk mengetahui pandangan orangtua terkait kebijakan PTM 100 Persen di wilayah PPKM level 1 dan 2. Juga usulan orangtua untuk perbaikan kebijakan PTM demi melindungi dan memenuhi hak-hak anak dimasa pandemi, yakni. hak hidup, hak sehat dan hak atas pendidikan. “Karena setiap kebijakan pendidikan, seharusnya mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak, keselamatan anak di atas segalanya”, cetusnya.

Retno mengatakan, dalam survei terungkap bahwa mayoritas orangtua dalam survey ini menyetujui kebijakan PTM 100 persen meski kasus Omicron terus meningkat di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Responden yang menyetujui kebijakan PTM 100 persen berjumlah 61%, sedangkan yang tidak menyetujui kebijakan tersebut berjumlah 39%.

“Meskipun jumlah yang tidak menyetujui lebih kecil dari yang menyetujui kebijakan PTM 100 persen, namun Pemerintah tak boleh mengabaikan suara mereka. Kelompok ini yang harus difasilitasi “ijin orangtua untuk anaknya mengikuti PTM” di semua level PPKM, karena ketika kebijakan PTM 100 persen maka ijin orangtua tidak ada lagi, padahal ada 39% orangtua khawatir anaknya mengikuti PTM dan berharap dapat memilih serta dilayani PJJ,” papar Retno.

Adapun alasan orang tua peserta didik yang setuju dengan anaknya mengikuti PTM 100 persen meski ada lonjakan kasus Covid, yaitu: (1) Anak-anak sudah jenuh PJJ dan malah sibuk dengan gadgetnya untuk memainkan game online ataupun Social Media (28%); (2) Anak-anak sudah terlalu lama PJJ, sehingga mengalami penurunan karena ketidakefektifan proses pembelajaran (50%); (3) kalau anak-anak dan sekolah menerapkan prokes ketat, maka penularan Covid-19 bisa diminimalkan (15%); (4) orangtua yang bekerja sulit mendampingi anak untuk PJJ (3%); dan (4) jawaban lainnya (4%).

“Data tersebut menunjukkan bahwa alasan para orang tua yang menyetujui PTM 100 persen meskipun kasus covid sedang meningkat adalah mengkhawatirkan “learning loss” pada anak-anak mereka, karena mereka menilai PJJ kurang efektif sehingga anak-anak mereka menemui kesulitan memahami materi selama proses pembelajaran”, ungkap Retno.

Sedangkan alasan orang tua peserta didik yang tidak menyetujui kebijakan PTM 100 persen, yaitu : (1) Anak belum mendapatkan vaksin atau belum divaksin lengkap 2 dosis (2%); (2) Anak-anak sulit dikontrol perilakunya, terutama peserta didik TK dan SD (3%); (3) Jika kapasitas PTM 100%, maka anak-anak selama pembelajaran sulit jaga jarak (21%); (4) Meningkatnya kasus Covid, khususnya Omicron (72%); dan Jawaban lainnya (2%).

“Mayoritas orang tua yang tidak menyetujui kebijakan PTM 100% memiliki alasan kesehatan, yaitu meningkatnya kasus covid, terutama omicron yang memiliki daya tular 3-5 kali lipat dari delta, sehingga mereka tidak ingin anak-anaknya tertular,” ujar Retno. (yas)

Exit mobile version