INDOPOS.CO.ID – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa’adi menegaskan, kehadiran agama harus menjadikan solusi atas beragam masalah, bukan malah menjadi bagian dari masalah.
“Agama hendaknya dapat menjadi penawar bagi persoalan global yang hingga kini masih membutuhkan peran nyata dari agama itu sendiri,” kata Zainut, dalam acara Kongres Budaya Umat Islam Indonesia, yang diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI Pusat dalam rangka peringatan Milad ke-48 MUI, di Jakarta, Rabu (26/7/2023)
Ia mengatakan, umat Islam saat ini sedang menghadapi tantangan baru yang sangat kompleks. Kemajuan teknologi informasi yang dahsyat telah membentuk watak masyarakat yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya.
Agama masa depan, menurut dia, harus memberikan nilai-nilai dasar dan modalitas yang dapat membantu memahami tantangan yang dihadapi oleh umat manusia. Kemajuan teknologi digital tidak dapat dihindari dan tidak dapat dihentikan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Justru, ujar Zainut, bisa memberikan umat manusia teknologi mewah yang dapat mempercepat perubahan dan menyebabkan banyak gangguan.
“Agama harus membekali pengikutnya dengan pola pikir digital yang tepat dan literasi digital yang memadai,” terangnya.
“Untuk memastikan bahwa transformasi digital berlangsung secara sistematis, tepat dan transformatif, untuk membangun peradaban dunia yang lebih baik,” imbuhnya.
Zainut mengatakan, Islam telah memberikan ruang yang sangat luas bagi pemeluknya untuk melakukan tafsir dan pemaknaan ulang atas ajaran-ajarannya yang bersifat “ijtihady”. Agar ajaran Islam dapat diterima dan relevan dengan kebutuhan nyata, khususnya untuk menjaga keharmonian, perdamaian, dan kesejahteraan kehidupan manusia.
Menurutnya, ajaran agama Islam itu sendiri sesungguhnya sangat lekat dengan konsep rahmah atau kasih sayang, sebagaimana muatan nilai risalah Nabi Muhammad SAW, yaitu: rahmatan lil-alamin. Prinsip kelembutan dan kasih sayang Islam ini perlu dijadikan landasan dalam praktik kehidupan yang majemuk, modern, dan kompleks.
“Maraknya konflik dan peperangan di belahan dunia, pertikaian sosial berbasis paham keagamaan, ekstremisme dengan dalih jihad, rusaknya konservasi alam, perdagangan manusia, praktik ketidakadilan gender, diskriminasi terhadap minoritas dan lain-lainnya. Itu semua seharusnya dapat dipecahkan melalui peran agama,” ujar Zainut.(nas)