INDOPOS.CO.ID – Teknologi sistem informasi geografi (SIG) menjadi bagian penting memperoleh, memproses, mendistribusikan, menggunakan, memelihara dan melestarikan data spasial. Salah satu manfaatnya mengetahui potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Seperti halnya pengembang teknologi sistem informasi geografi milik Esri Indonesia. Nilai dan manfaat teknologi GIS diterima secara luas oleh kalangan pemerintahan, sektor komersial dan bagi komunitas.
Solution Strategist Manager PT Esri Indonesia Khairul Amri mengemukakan, pemanfatan teknologi tersebut tetap membutuhkan sumber daya manusia kompeten di bidangnya, sehingga data yang dimunculkan bisa valid.
Dalam prosesnya, sistem informasi geografis mencakup teknologi dan metodologi yang diperlukan seperti perangkat keras, perangkat lunak, data spasial dan struktur organisasi.
“Jadi, kita mampu melakukan terkait dengan menentukan upaya pendeteksi kebakaran hutan,” kata Amri di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).
Kehadiran software pengolah data seperti SIG, tentunya bisa membuat hasil dari pengolahan data semakin akurat. Sekaligus dibantu artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
“Kita bisa menentukan di mana titik-titik api yang terjadi di lapangan berdasarkan dari citra satelit, sebenarnya ada provider untuk hotspot atau monitoring,” ucap Amri.
“Tapi di sini kita combain dengan AI (kecerdasan buatan) karena, bisa jadi tidak semua titik api itu kebakaran karena bisa jadi atapnya seng kena cahaya jadi kelihatan kayak api,” tambahnya.
Data-data yang didapat bisa berbentuk tabel, peta, grafik, atau hanya angka-angka hasil perhitungan. Sementara data peta didapatkan dalam bentuk digital. “Kita yang submit buat di KLHK, menggunakan AI ini untuk menetukan potensi kebakaran hutan,” imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sudah ada 526 kejadian karhutla di Indonesia sejak 1 Januari – 5 September 2023. (dan)