INDOPOS.CO.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku membisiki bakal calon presiden Ganjar Pranowo untuk segera menangani persoalan kedaulatan pangan setelah dilantik menjadi presiden periode 2024-2029.
Pengakuan itu disampaikan Presiden secara blak-blakan dalam sambutannya di acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PDI Perjuangan pada Jumat (29/9/2023) lalu.
Pengamat komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing memiliki pandangan terkait “bisikan” Jokowi kepada Ganjar tersebut tersebu dari sisi ilmu komunikasi.” Ketika seseorang membisiki orang lain, maka keduanya telah memiliki hubungan relasional yang sangat dekat,” terang Emrus kepada indopos.co.id,Minggu (1/10/023).
Menurut Komunikolog Indonesia ini, dari ilmu sosiologis dan psikologis, pesan komunikasi dengan berbisik itu menandakan orang tersebut saling mendukung dan memberikan penghormatan.
“Dari perspektif komunikasi, tidak mungkin seseorang membisikan sesuatu kepada orang lain kalau tidak dekat, artinya relasional mereka sangat dekat. Pesan komunikasi dari berbisik itu keduanya saling mendukung, memberikan penghargaan, dan penghormatan,” ujar Emrus.
Emrus merinci terkait bahasa verbal Presiden ketika membisiki Ganjar, yaitu menangani kedaulatan pangan untuk segera diimplementasikan. Poin itu menurut dia, Presiden tidak sekedar menyampaikan pesan verbal terkait kedaulatan pangan, namun menyampaikan strategi dan waktu pelaksanaannya.
“Boleh dong Ganjar Pranowo mengatakan bahwa dia mengkampanyekan terkait kedaulatan pangan atas masukan atau bisikan dari Presiden Jokowi,” imbuhnya.
Emrus menilai bisikan Presiden terkait rancangan mewujudkan kedaulatan pangan yang hanya disampaikan kepada Ganjar, itu menegaskan bahwa Jokowi sangat berkeinginan kuat bahwa Ganjar yang jadi Presiden 2024-2029.
Dia juga menilai, masukan Presiden melalui bisikan kepada Ganjar menandakan kecintaan Jokowi kepada Ganjar untuk menjalankan langkah strategis sebagai pemimpin agar persediaan pangan bangsa Indonesia tidak terganggu.
“Kalau dari teori lapisan bawang, bisikan itu cermin kenyataan relasi antara Presiden dengan Ganjar berada pada lapisan paling dalam atau inti. Hubungan mereka bukan seperti lapisan kulit bawang yang mudah terkelupas, hubungan meraka tidak bisa terpisahkan,” tandasnya. (yas)