INDOPOS.CO.ID – Pernyataan Anies Baswedan pada Debat Capres tadi malam yang menyoal tentang kematian Harun Al Rasyid, sungguh Tidak Berdasar. Anies dinilai menjual kesengsaraan orang lain, demi mendapatkan kekuasaan.
“Ini sungguh tindakan keji, dengan melakukan segala cara, menghalalkan tuduhan keji untuk merebut kekuasaan,” kata Sutia Budi, Panglima Relawan Pagi Prabowo-Gibran dalam keterangan persnya, Rabu (13/12/2023).
Sebelumnya dalam debat Perdana Capres di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Anies mengatakan ada ketidakadilan dalam proses hukum atas kematian Harun Al Rasyid dalam Pilpres 2019 dan juga menerangkan kehadiran dari ayah Harun di acara debat tersebut.
“Dan tidak kalah penting hadir bersama saya saat ini, ayahnya Harun Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu, protes hasil pemilu. Apa yang terjadi hari ini? Tidak ada kejelasan”.
Lalu, apa fakta yang sesungguhnya terjadi? Kata Sutia Budi, berdasarkan hasil investigasi Polri, uji balistik dan keterangan saksi mata; “Harun Al Rasyid wafat ditembak oleh penembak misterius dari jarak sekitar 11 meter pada peristiwa kerusuhan 22 Mei 2019, di Jembatan Slipi Jakarta.” Harun bersama teman-temannya menonton peristiwa kerusuhan pada saat itu.
“Jadi jelaslah, demi hasrat berkuasa, Anies telah menjadikan Nyawa dan Kesusahan orang lain sebagai dagangan politik,” cetusnya.
Bagaimana sikap Prabowo? Kata Sutia Hadi, Capres nomor urut 2 itu terlihat selalu berupaya menahan diri ketika ada serangan-serangan, ketika ada fitnah-fitnah dan tindakan keji lain yang dialamatkan kepadanya.
“Pak Prabowo selalu menjaga dan mengedepankan persatuan demi keutuhan bangsa, demi kemajuan dan kejayaan negara tercinta Indonesia. Bagi Pak Prabowo; “Keutuhan Bangsa Lebih Utama, Etika Moral Lebih Utama. Tidak boleh melakukan Fitnah.” Karena kita paham dan sadar bahwa sesungguhnya “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan,” tandanya.
“Nilai-nilai Ketuhanan, nilai-nilai Kemanusiaan, dan Persatuan Bangsa yang harus kita kedepankan”, itulah pesan Pak Prabowo,” pungkasnya menambahkan.
Sebelumnya, dalam debat KPU pada Selasa (12/12/2023) malam, Ayah korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Harun Al Rasyid, Didin Wahyudin menghadiri acara debat perdana capres-cawapres sebagai salah satu pendukung calon presiden, Anies Baswedan.
Dalam memaparkan visi-misi calon presiden nomor urut 1 di debat tersebut, Anies secara gamblang mengangkat kasus pelanggaran HAM yang dialami anak berusia 15 tahun tersebut 4 tahun silam.
“Hari ini, hadir bersama kita ayahnya Harun Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu,” kata Anies.
Anies merujuk pada ketidakjelasan penyelesaian soal keadilan dalam kasus tersebut yang mana hingga saat ini belum menemui titik terang, akan diubah jika dirinya menjadi orang nomor satu di RI.
“Apa yang terjadi? Dia tewas sampai dengan hari ini tidak ada kejelasan. Apakah ini akan dibiarkan? Tidak, ini harus diubah,” imbuhnya.
“Karena itu, kami mendedikasikan diri, hadir untuk memberikan komitmen bahwa dari puncak ke bawah, kami akan menegakkan hukum kepada siapa saja. Kami akan mengembalikan marwah kehidupan bernegara kepada hukum sebagai tempat yang paling tinggi,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Anies menuturkan bahwa kententuan keadilan hukum yang adil itu akan meliputi seluruh kalangan, baik untuk pihak ASN, TNI hingga Kepolisian.
Baginya hukum adalah alat untuk mencapai tujuan bernegara, bukan tujuan pribadi penguasa.
Alhasil, apabila prinsip tersebut tidak dipahami, tidak dijadikan rujukan utama, dan tidak dipegang erat oleh pemimpin tertinggi, maka produk hukum yang dihasilkan dan praktik hukum yang berjalan akan menjadi tidak adil, tidak bermanfaat, dan tak memberikan kepastian. (dil)