Guru Diminta Upgrade Kecakapan Digital agar Siswa Tertarik Ikuti Pelajaran

kbm

Ilustrasi - Siswa belajar di kelas. (Dok. Indopos.co.id)

INDOPOS.CO.ID – Guru harus aktif mengelola website sekolah yang update setiap saat. Ini solusi modern kelas sekolah di era digital, salah satunya agar mudah mendigitalkan materi pelajaran.

Pernyataan tersebut diungkapkan Dosen Universitas Jenderal Soedirman Pretisila Kartika Putri dalam webinar literasi digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) secara daring, Selasa (27/2/2024).

Ia mengatakan, digitalisasi materi belajar dengan konten dan game menarik, membuat siswa makin tertarik mengikuti pelajaran. ”Ada beragam pilihan aplikasi yang mudah diakses dan dipaparkan di kelas modern,” katanya.

“Intinya, guru mesti meng-upgrade kecakapan digitalnya. Guru tak bisa lagi gaptek (gagap teknologi),” imbuhnya.

Sementara itu, dari perspektif etika digital, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok Irnes Jekli mengatakan, etika merupakan hal yang mesti diperhatikan guru saat mendampingi siswa belajar di kelas modern. Saat berinteraksi dan berada di ruang kelas digital, siswa harus menjaga etika dan tata krama, yang salah satunya dilakukan dengan menjaga kesopanan.

Selama proses belajar, lanjut Irnes, setiap pribadi siswa mesti memahami sopan santun, antara lain dengan menggunakan bahasa yang sopan. ”Menjaga etika saat di kelas menjadi tanggung jawab guru. Bagaimana agar siswa, meskipun pintar tapi tetap bermoral dan menjaga martabat. Ajaran budaya bangsa dan Pancasila selalu menjadi acuan moral siswa di kelas,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Kabupaten Sleman A. Bayhaqi menekankan peran guru dalam membantu memilah dan memilih konten dan materi yang tepat untuk siswa di kelas.

“Ini peran penting, karena banyak materi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa,” ucapnya.

Misal, lanjut dia, materi itu dikemas dengan baik dalam game dan konten yang membuat anak penasaran. Tetapi ternyata di dalamnya berisi ajakan yang berdampak negatif dan belum waktunya diakses siswa di masa belajarnya.

“Di situlah guru mesti jeli memilah dan menjadi teman diskusi yang inspiratif buat siswa,” ujarnya. (nas)

Exit mobile version