LKC Gelar Pelatihan Relawan Pos Gizi Kabupaten Garut

Relawan-Pos-Gizi-Kab-Garut

acara pelatihan bagi para relawan Pos Gizi di Kabupaten Garut yang berlangsung selama 2 (dua) hari, pada Selasa-Rabu (13-14/12/2022), bertempat di Hotel Tirta Kencana, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.

INDOPOS.CO.ID – Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa menggelar acara pelatihan bagi para relawan Pos Gizi di Kabupaten Garut. Pelatihan ini berlangsung selama 2 (dua) hari, pada Selasa-Rabu (13-14/12/2022), bertempat di Hotel Tirta Kencana, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.

Rangkaian acara pembukaan turut dihadiri oleh dr. Yeni Purnamasari selaku GM Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa, Hj. Sri Prihatin selaku Kasie Kesga, dan H. Yodi Sirodjudin, S.Apt., MH.Kes selaku Kepala Bagian Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.

Peserta yang mengikuti pelatihan ini berjumlah 20 tenaga kesehatan yang terdiri dari 4 orang bidan koordinator, 12 orang bidan desa, dan 4 orang ahli gizi. Mereka datang dari 4 puskesmas, yaitu Puskesmas Guntur, Puskesmas Cibagendit, Puskesmas Pasundan, dan Puskesmas Sukahurip.

Pada sambutannya, Yeni mengatakan, pelatihan ini dilakukan untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita di Kabupaten Garut. Pos Gizi menjadi salah satu program inovasi gizi untuk mencegah stunting dengan sebuah pendekatan yang memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik. Pendekatan ini telah berlangsung beberapa tahun dan terbukti dapat menanggulangi angka kekurangan gizi.

Kerjasama LKC Dompet Dhuafa dengan Dinas Kesehatan Garut pun sudah berjalan sejak tahun 2018. Kemudian berlanjut di tahun 2020, saat itu pada masa pandemi, juga berlanjut tahun 2021, dan masih berlangsung hingga dari ini.

Hasil dari data Program Pos Gizi, ditemukan bahwa kemiskinan ternyata bukanlah penyebab utama kekurangan gizi. Banyak keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi baik) dengan menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh praktik pemberian makan atau pola asuh yang tidak benar. Dengan adanya program Pos Gizi, maka diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku.

Program Pos Gizi telah mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Yodi Sirodjudin mengatakan, “Kami apresiasi dan kami ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas terlaksananya kegiatan hari ini. Relawan itu yang luar biasa. Relawan itu orang yang memiliki rasa ikhlas. Ikhlas itu yang kemudian luar biasa sekali timbangan amalnya”.

Menurutnya, kasus stunting tidak bisa ditangani oleh hanya Dinas Kesehatan, sebab, stunting memiliki banyak sekali relasi dengan bidang-bidang lainnya. Tentu saja, peran serta masyarakat sangat penting, termasuk juga lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa.

Senada dengan itu, Sri Prihatin turut berharap, pelatihan ini menjadi salah satu upaya yang tentunya diharapkan oleh semua orang. Upaya percepatan penurunan angka stunting ini memiliki 2 (dua) konvergensi, yaitu spesifik dan sensitik. Spesifik inilah yang menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan beserta jajarannya. Meski demikian, Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendirian. Tentu diperlukan kerjasama dari lintas sektor.

Ia juga berharap, Pos Gizi dapat menjadi pilot project di Kabupaten Garut yang dapat diterapkan di seluruh desa di Kabupaten Garut.

“Terima kasih kami sampaikan atas kerjasama yang kesekian kalinya dalam menangani kasus stunting di Kabupaten Garut,” ucap Sri.

Provinsi Jawa Barat termasuk menjadi salah satu provinsi prioritas dalam percepatan penurunan stunting. Pasalnya, provinsi ini termasuk provinsi dengan angka Balita stunting terbanyak di Indonesia. Data SSGI 2021 menyebutkan prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat mencapai 24,5 persen, sedikit di atas rata-rata angka stunting nasional, yaitu 24,4 persen. Data SSGI juga menyebutkan, dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat, terdapat 4 kabupaten/kota yang memiliki angka prevalensi stunting tinggi (30%-39,9%) dan Kabupaten Garut merupakan data stunting tertinggi di Jawa Barat.

Yeni kembali menambahkan, khususnya di bidang kesehatan, Dompet Dhuafa memiliki beberapa prioritas program. Yang pertama adalah pemenuhan akses jaminan kesehatan, yaitu mengisi kesenjangan dengan sistem jaminan kesehatan nasional yang sudah ada. Namun nyatanya masih ada keterbatasna di lapangan, sehingga Dompet Dhuafa mencoba untuk ikut berpartisipasi.

Yang kedua adalah advokasi berupa kerjasama-kerjasama kemitraan bersifat strategis bagi seluruh pihak termasuk juga pemerintah daerah.

Yang ketiga adalah pemberdayaan kesehatan masyarakat. Dompet Dhuafa melihat bahwa ada peran yang bisa disajikan kepada masyarakat. Dalam hal ini prioritasnya adalah program penanganan stunting yang bisa dilakukan dengan intervensi dari hulu. Seperti pada hari ini yaitu mengadakan pelatihan bagi pos gizi.

“Khusus program Pos Gizi, ini menjadi suatu inovasi program berbasis peningkatan pengetahuan dan peningkatan prilaku yang bisa dilakukan secara bersama dengan pendekatan prolaku positif bagi masyarakat,” tutup Yeni.

Salah satu peserta, Tini Mariyani, S.S.T., Bd., perwakilan Puskesmas Pasundan Garut mengungkapkan alasannya begitu antusias mengikuti pelatihan ini. Menurutnya, jarang adanya pelatihan tentang pelayanan stunting secara khusus. Nantinya, usai tuntas mengikuti pelatihan, ia akan mensosialisasikan materi pelatihan yang ia dapat kepada tim di Puskesmas Pasundan. (adv)

Exit mobile version