INDOPOS.CO.ID – Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Hamim Tohari mengemukakan, hasil autopsi RSPAD Gatot Subroto terhadap korban penganiayaan Imam Masykur. Dia meninggal dunia akibat ada benturan di bagian leher.
Imam Masyukur meregang nyawa setelah menjadi korban penculikan, pemerasan dan penganiayaan oleh oknum anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Kejadian itu terjadi pada, Sabtu (12/8/2023) di Rempoa, Tangerang Selatan.
Tiga oknum TNI telah berstatua tersangka. Mereka berinisial Praka RM, dari Paspampres dibantu Praka HS dari Direktorat Topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan Praka J dari Kodam Iskandar Muda.
“Hasil autopsi sudah keluar. Hasil autopsi secara garis besar itu adalah akibat benturan benda keras di leher yang kemudian menyebabkan ada pendarahan di otak,” kata Hamim di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Penjelasannya hanya berdasar hasil autopsi di RSPAD, sementara mengenai penyebab meninggalnya Imam apakah karena pukulan benda tumpul belum bisa terjawab.
“Ya karena kalau diautopsi kan tidak mengatakan pukulan, tetapi karena benda keras yang terjadi di bagian leher belakang kepala,” tutur Hamim.
Jasad korban sempat dibuang ke waduk Purwakarta, Jawa Barat. Tubuh Imam ditemukan pada 15 Agutus 2023 di Sungai Karawang. Lokasinya tak jauh dari tempat sebelumnya.
Proses penyelidikan kasus tersebut berawal dari laporan masyarakat ke Polda Metro Jaya pada 14 Agustus 2023. Ternyata ditemukan dugaan keterlibatan prajurit TNI, setelah pengembangan penyidik kepolisian.
Sehingga kasus penganiayaan berat tersebut dilimpahkan kepada Pomdam Jaya untuk ditindak lanjuti karena terduga pelaku tindak pidana merupakan oknum prajurit TNI. Motif sementara para pelaku disebut ingin memeras Imam yang menjual obat ilegal. (dan)