INDOPOS.CO.ID – Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin mengkritik dugaan polisi meminta pimpinan kampus untuk membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seharusnya aparat kepolisian lebih peka terhadap situasi demokrasi, yang dikritik kalangan akademisi.
“Polisi harus juga bisa memahami kebatinan dari para rektor,” kata Ujang melalui gawai, Jakarta, Kamis (8/2/2024).
Paling penting seluruh elemen masyarakat, termasuk aparat dapat menjaga kondusifitas menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024. Sehingga pesta demokrasi 5 tahunan tersebut berjalan dengan aman dan lancar.
“Siapa pun yang terpilih intinya, semua komponen masyarakat, para rektor, termasuk polisi harus menjaga, menahan diri, profesional dalam bekerja. Menjalanlan tugas masing-masing,” ujar Ujang.
Video permintaan sanjung kinerja pemerintahan sempat ditujukan kepada Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Kota Semarang, Ferdinandus Hindarto. Dia mengaku diminta seseorang mengaku polisi membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Jokowi.
Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata mengonfirmasi hal tersebut. Ia tak menjelaskan kronologi adanya permintaan video tersebut. Namun, diketahui seseorang mengaku aparat itu menghubungi Hindarto sejak Jumat (2/2/2024) hingga Selasa (6/2/2024) siang.
“Benar (ada permintaan video apresiasi kinerja Jokowi),” singkat Djoko saat dikonfirmasi terpisah lewat gawai, Jakarta, Rabu (7/2/2024).
Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar menjelaskan, ajakan membuat video untuk mewujudkan situasi kondusif khususnya dalam rangka pelaksanaan Pemilu 2024. Salah satunya cooling system melalui pernyataan tokoh berpengaruh.
“Yang ingin kami sampaikan bahwa ajakan-ajakan ini adalah ajakan untuk menciptakan situasi damai menciptakan situasi kondusif di Kota Semarang, tidak lain dari itu,” ucap Irwan secara terpisah baru-baru ini. (dan)