INDOPOS.CO.ID – Debat kedua Calon Presiden (Capres) yang digelar pada Minggu (7/1/2024) di Istora Senayan, Jakarta Pusat tidak hanya mencuri intensi masyarakat di tanah air, tetapi juga diaspora Indonesia yang tinggal di negara lain.
Salah satu diaspora yang menonton debat kedua capres adalah Sakaria Wielgosz yang saat ini tinggal di Swiss. Dalam keterangannya, dia memuji penampilan Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo.
“Pada opening statement sangat jelas, Pak Ganjar menyatakan bahwa politik luar negeri Indonesia harus merefleksikan kepentingan dalam negeri. Salah satu contoh yang diberikan adalah terkait peningkatan ekonomi negara dengan memberikan fokus pada kegiatan UMKM yang harus bisa di-emphasize dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia,” ujar ketua Tim Pemenangan Luar Negeri Ganjar-Mahfud itu, Selasa (9/1/2024).
Diketahui, salah satu program dari program unggulan Ganjar-Mahfud adalah kemudahan UMKM dalam berusaha, baik di dalam maupun di luar negeri, yang harus dapat difasilitasi oleh pemerintah.
“Dan dalam hal UMKM ini jelas Pak Ganjar telah membuktikan keberhasilannya dalam meningkatkan UMKM di Jawa Tengah selama beliau menjabat sebagai Gubenur. Program Unggulan Ganjar-Mahfud jelas realistis dan dapat dihitung dari mana kebutuhan anggaran dan seperti apa pelaksanaannya. Sehingga tidak hanya manis didengar tapi juga bisa terealisasi dengan baik,” kata Sakaria.
Selain itu, Sakaria juga mengapresiasi kebijakan Ganjar terkait pertahanan dan keamanan, termasuk pengadaan alutsista.
“Pak Ganjar manyampaikan jelas bahwa pembuatan kebijakan pertahanan, dan kebijakan apapun, harus ‘bottom up’, sesuai dengan kebutuhan yang ada. Informasi terkait kebutuhan ini harus datang dari kebutuhan di lapangan dan bukan hanya pemenuhan alutsista yang tidak sesuai pada kebutuhan, sehingga berpotensi untuk berakhir di museum semata,” ujarnya.
Lebih lanjut Sakaria menegaskan, bahwa strategi pertahanan digital yang disampaikan Ganjar sesuai dengan kebutuhan dan situasi saat ini.
“Apa yang disampaikan Pak Ganjar mengenai strategi pertahanan digital perlu untuk ditingkatkan, ini justru yang menjadi isu pertahanan dan keamanan global saat ini. Dan sangat jelas sekali bahwa potensi Indonesia diserang melalui darat jauh lebih kecil ketimbang laut dan udara. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan akan teknologi pertahanan laut, udara, dan digital menjadi lebih penting ke depannya,” jelas Sakaria.
Terkait usulan duta besar cyber yang diutarakan oleh Ganjar, Sakaria menyebut ide itu sangat efektif menjawab tantangan global, terutama terkait isu pertahanan saat ini.
“Sangat terlihat bahwa Pak Ganjar dalam memberikan usulan program, selalu melakukan due diligence dan pengumpulan data serta informasi yang akurat dan memadai, sehingga beliau dapat memberikan gagasan dan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan, seperti gagasan terkait Duta Besar Cyber, yang akan menjadi lebih efektif dalam menjawab tantangan global terkait isu pertahanan nasional.”
Sementara itu, Azizah Seiger, Ketua Austria for Ganjar-Mahfud, mengapresiasi Ganjar yang memberikan perhatian pada penyediaan lapangan kerja di dalam negeri.
“Pak Ganjar memberikan highlight pada kebutuhan lapangan kerja dalam negeri yang juga harus diberikan prioritas dan tercermin dalam politik luar negeri Indonesia ke depannya, terkait dengan investasi asing yang harusnya dipermudah di Indonesia sehingga lapangan kerja baru dapat terbuka,” ujarnya.
Bagi Azizah, debat kedua capres semakin menegaskan komitmen Ganjar-Mahfud yang mengutamakan kepentingan nasional, terutama dalam hal peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Sepanjang debat di setiap kesempatan kita berulang kali mendengar pernyataan Pak Ganjar yang sangat memberikan perhatian pada kebutuhan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi, dan beliau tidak hanya berjanji kosong,” katanya.
“Pak Ganjar menawarkan kail, bukan ikan dengan membeberkan secara jelas kebijakan yang berkesinambungan dan dapat dipertanggungjawabkan, terkait penyediaan lapangan pekerjaan,” tegasnya. (nas)