INDOPOS.CO.ID – Pengamat politik Muslim Arbi menilai, buku ‘Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi’ karya Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi perbincangan di media soial tidak selaras dengan kenyataanya. Sebab, cukup mudah menerima ajakan gabung kabinet.
Mengingat dilantiknya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai menteri Joko Widodo di sisa masa jabatannya, tentu sudah mendapatkan persetujuan dari SBY.
“Lalu kritik SBY soal cawe-cawe di buku itu apa maknanya? Kalau akhirnya SBY restui anaknya AHY sebagai menteri Joko Widodo. Kan ngga sejalan dengan buku yang ditulis itu,” kata Muslim melalui gawai di Jakarta, Sabtu (24/2/2024).
Jika dengan mudahnya SBY menerima lamaran Joko Widodo masukkan anaknya di Kabinet Indonesia Maju, sedangkan dia sendiri kritik soal cawe-cawe. Itu artinya tidak jauh berbeda.
“Berarti SBY cawe-cawe juga dong,” nilainya.
“Wong kritik Cawe-Cawe lalu kemudian diberi jabatan menteri. Kan sama saja kritik dan tidak ada artinya. Bukan?,” tambahnya.
Muslim mempertanyakan, kritik soal cawe-cawe di buku itu sengaja hanya sebagai gertakan saja biar Demokrat dan SBY diterima Joko Widodo? Tentu itiu harus dijawab dengan lugas.
“Kalau demikian adanya. SBY hanya kejar jabatan untuk demokrat dan anaknya. Bukan untuk kepentingan Bangsa dan Negara yang di rusak oleh Joko Widodo akibat politik dinasti, nepotisme,” kritiknya.
Sikap SBY itu juga dapat dianggap mentolerir sikap Joko Widodo yang dianggap tidak beretika, tidak bermoral, langgar Konstitusi dan rusak demokrasi bukan?
“Akhirnya publik juga menilai SBY juga cawe-cawe juga untuk golkan anak nya supaya jadi mentri. SBY berjuang dan berpartai ternyata hanya agar anak nya jadi mentri saja,” nilainya.
Politikus Partai Demokrat Sartono Hutumo meminta, semua pihak dapat membaca dengan lengkap buku ‘Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi’ itu. Sehingga tidak terjadi salah persepsi.
“Jangan menilai buku dari sampulnya, kurang lebih begitu,” ucap Sartono secara terpisah melalui gawai, Jakarta, Kamis (22/2/2024).
Menurutnya, dari niat dan tujuan yang baik. Jika banyak yang mengait kepada Presiden Joko Widodo, itu semata-semata agar yang bersangkutan tidak melakukan kesalahan serius.
“Ingat kata-kata orang bijak “The President Can Do No Wrong”. Artinya “Presiden tidak boleh berbuat salah”,” terang Sartono.
“Bukan diartikan “seorang presiden tidak boleh disalahkan, dia selalu benar”. Bukan begitu artinya,” sambungnya. (dan)